Jpnindonesia.com Jakarta-Siapa Juara di Sumatera Utara? Kinerja Petahana dan Dampak Elektoralnya.
Dalam rangkaian Pilkada November 2024, Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu wilayah yang mendapat perhatian publik. Wilayah besar dengan jumlah pemilih lebih dari 10.7 juta itu akan menjadi ajang duel antara dua calon. Keduanya adalah Gubernur Sumut 2018-2023 Edy Rahmayadi, serta Walikota Medan sejak 2021 Bobby Afif Nasution yang merupakan menantu mantan Presiden Joko Widodo.
Tidak hanya tentang figur, kedua calon Gubernur Sumatera Utara seolah merepresentasikan persaingan antara Koalisi Indonesia Maju (KIM) dengan PDI Perjuangan dari Pemilu Presiden 2024 lalu. Edy Rahmayadi diusung oleh empat partai, dengan PDI Perjuangan sebagai pengusung utama. Sedangkan Bobby Nasution diusung tujuh partai, yakni partai-partai KIM, plus NasDem, PKB, dan PKS. Bobby Nasution semula merupakan kader PDI Perjuangan yang pindah menjadi kader Gerindra jelang pencalonannya sebagai calon Gubernur.
Jelang pemungutan suara, bagaimana peta elektoral Pilgub Sumatera Utara? Pasangan calon mana yang berpotensi menang dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pilihan? Survei Indikator Politik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara 28 Oktober hingga 3 November 2024 lalu berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam survei, responden ditanya tentang preferensi mereka di antara kedua paslon yang berkontestasi dalam Pilgub. Pertanyaan seputar kedikenalan, kedisukaan, dan eksposur sosialisasi juga ditanyakan. Responden juga menjawab pertanyaan tentang evaluasi kondisi ekonomi, kepuasan kepada gubernur, pilihan partai, serta variabel sosio-demografi.
Hasil survei dapat menjadi gambaran tentang peta elektoral Sumatera Utara jelang hari pemungutan suara 27 November 2024. Hasil survei dapat menjadi rujukan bagi pengambil keputusan khususnya terkait pilkada Sumatera Utara.
SIAPA JUARA DI SUMATERA UTARA?
KINERJA PETAHANA & DAMPAK ELEKTORALNYA
Dalam rangkaian Pilkada November 2024, Provinsi Sumatera Utara merupakan
salah satu wilayah yang mendapat perhatian publik. Wilayah besar dengan jumlah
pemilih lebih dari 10.7 juta itu akan menjadi ajang duel antara dua calon.
Keduanya adalah Gubernur Sumut 2018-2023 Edy Rahmayadi, serta Walikota
Medan sejak 2021 Bobby Afif Nasution yang merupakan menantu mantan Presiden
Joko Widodo.
-Tidak hanya tentang figur, kedua calon Gubernur Sumatera Utara seolah merepresentasikan persaingan antara Koalisi Indonesia Maju (KIM) dengan PDI
Perjuangan dari Pemilu Presiden 2024 lalu. Edy Rahmayadi diusung oleh empat
partai, dengan PDI Perjuangan sebagai pengusung utama. Sedangkan Bobby
Nasution diusung tujuh partai, yakni partai-partai KIM, plus NasDem, PKB, dan PKS.
Bobby Nasution semula merupakan kader PDI Perjuangan yang pindah menjadi
kader Gerindra jelang pencalonannya sebagai calon Gubernur.
-Jelang pemungutan suara, bagaimana peta elektoral Pilgub Sumatera Utara?
Pasangan calon mana yang berpotensi menang dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi pilihan? Survei Indikator Politik Indonesia di Provinsi Sumatera Utara
28 Oktober hingga 3 November 2024 lalu berupaya menjawab pertanyaanpertanyaan tersebut.
-Dalam survei, responden ditanya tentang preferensi mereka di antara kedua
paslon yang berkontestasi dalam Pilgub. Pertanyaan seputar kedikenalan,
kedisukaan, dan eksposur sosialisasi juga ditanyakan. Responden juga menjawab
pertanyaan tentang evaluasi kondisi ekonomi, kepuasan kepada gubernur, pilihan
partai, serta variabel sosio-demografi.
-Hasil survei dapat menjadi gambaran tentang peta elektoral Sumatera Utara jelang
hari pemungutan suara 27 November 2024. Hasil survei dapat menjadi rujukan bagi
pengambil keputusan khususnya terkait pilkada Sumatera Utara.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia di Provinsi Sumatera Utara yang
punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau
lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
-Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini
jumlah sampel basis sebanyak 1200 orang berasal dari seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi
Sumatera Utara yang terdistribusi secara proporsional. Kemudian dilakukan oversample
menjadi masing-masing 400 responden di empat Kabupaten/Kota, yakni di Kota Medan,
Deli Serdang, Simalungun, dan Langkat. Sehingga total sample sebanyak 2,290 responden.
-Dengan asumsi metode stratified random sampling, ukuran sampel tersebut memiliki
toleransi kesalahan (margin of error–MoE) sekitar ±2.5% pada tingkat kepercayaan 95
persen.
-Analisis gabungan diterapkan pembobotan sehingga sampel dari seluruh Kabupaten/Kota
terdistribusi secara proporsional di tingkat Provinsi.
-Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
-Quality control terhadap hasil wawancara dilakukan secara random sebesar 20% dari total
sampel oleh supervisor dengan kembali mendatangi responden terpilih (spot check).
Dalam quality control tidak ditemukan kesalahan berarti.