Jpnindonesia.com Jakarta-Pameran teknologi kelapa sawit internasional terbesar di Indonesia, PalmEx Indonesia 2025 digelar di JiExpo, Kemayoran, Jakarta pada Rabu-Kamis (1415/5/2025). Pameran kali ini mengusung tema “Palm Oil 4.0: Digitalization for a Sustainable industry” dan diikuti ratusan pelaku industri, peneliti, pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan dari 30 negara.

Mereka berkumpul untuk mengeksplorasi teknologi terbaru dan menjalin kemitraan strategis di industri kelapa sawit.

Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ardi Praptono dalam sambutannya mengatakan, kelapa sawit merupakan salah satu komoditas pertanian yang berkontribusi besar dalam penerimaan devisa negara,
Yakni, sebesar 25,61 miliar dollar AS dengan volume ekspor sebesar 38,23 juta ton pada tahun 2023.

Hadir PT.Ina Besteel, distributor dari Besteel Engineering Works Sdn Bhd, menawarkan konsep sterilizer yang bernama Tilting Sterilizer. Sterilizer ini membantu perebusan buah sawit supaya lebih cepat dan meminimalisir tingkat kehilangan minyak.

Teddy Effendy Project Director PT. Ina Besteel kepada media mengatakan, Tilting sterilizer sangat efektif untuk menekan tingkat kehilangan minyak (oil loss) yang sering terjadi di pabrik pengolahan sawit. Sebab, tilting sterilizer ini merupakan kombinasi keunggulan dari dua jenis sterilizer yakni konvensional (horisontal) dan vertikal,”papar Teddy.

Lanjut dia, PT Ina Besteel, distributor dari Besteel Engineering Works Sdn Bhd, menawarkan konsep sterilizer yang bernama Tilting Sterilizer. Sterilizer ini membantu perebusan buah sawit supaya lebih cepat dan meminimalisir tingkat kehilangan minyak. Teddy Effendy, Project Director PT Ina Besteel, mengatakan sistem sterilizer yang selama ini digunakan pabrik kelapa sawit berpotensi membuat kehilangan minyak sampai Lima persen. Jumlah ini sangatlah besar apabila produksi CPO satu pabrik sekitar 1.500 ton per hari, maka 1% (satu persen) oil loss sudah terjadi kehilangan minyak sebesar 15 ton per hari. Kalau 15 ton per hari dikalikan 300 hari kerja, total dalam setahun sudah ada 4.500 ton minyak sawit yang hilang. Bila lebih dari 1% atau beberapa kali lipat dari itu, bisa dibayangkan berapa kerugian pabrik setiap tahun.

Teddy Effendy menjelaskan tilting sterilizer ini sudah dipatenkan oleh perusahaan karena penemuan terbaru dan sangat inovatif. Tilting sterilizer sangat fleksibel dengan menggabungkan kelebihan yang terdapat dalam sterilizer konvensional (horisontal) dan vertikal.

Tilting sterilizer ini dapat mencapai tingkat kemiringan 55 derajat yang berguna menghilangkan gaya gravitasi dari jatuhnya buah sawit. Kemiringan ini membuat jatuhnya buah sawit melalui cara menggelinding bukan terjun bebas seperti yang terjadi di sterilizer vertikal. Kerugian yang dialami apabila buah terjun bebas adalah terjadi tekanan keras diantara buah sawit sehingga rusak dan nantinya untuk pengeluaran buah sesudah buah masak menjadi sulit karena buah sawit menempel dengan lainnya.

Dia menambahkan sistem masak sterilizernya menggunakan pola sterilizer horisontal yang membuat bidang tekanan buah mempunyai ruang lebih luas dan oil loss dalam tandan kosong sampai dengan satu persen. Kalau dalam kondensat istilahnya steam untuk masak buah dan tingkat kehilangan minyak pada saat menetes ke bawah itu dapat mendekati 0%. Sebab, pembuatan sterilizer mempertimbangkan bagaimana mengambil kembali minyak dari dari dalam kondesat yang sebesar 0% tadi dan mengurangi tekanan antar buah. “Sterilizer kami ini lebih fleksibel karena dapat bergerak miring dan mendatar,” jelas Teddy.

Waktu perebusan buah dapat selesai dalam 40 sampai 45 menit. Selain itu, steam yang dibutuhkan sebesar 3 bar (45 Psi) bergantung kepada kondisi buah yang dipanen. Apabila buah yang masuk belum atau tidak terlalu matang maka perlu penanganan khusus sebagaimana di sterilizer lain.

Keunggulan Bernhard Steel adalah karena produk kita ini tembusan tembusan pengembangan yang lama yang pernah ada dan kita tau dari kelemahan dari masing masing tembusan poin poin kelebihannya, jadi disini kita mengefisienkan dari segi biaya, tenaga kerja kemudian dari segi dalam artian hasil dari rebusan ini dapat memaksimalkan, seberapa banyak minyak yang ada di dalam sawit tersebut, efisiensi kita dari teknologi lama itu bisa sampai 1 sampai 3 persen, kalau biaya kita pernah disurvei atau dikaji sama salah satu perusahaan dari horizonntal ke teknologi kita yang terbaru ini itu jadi penghematan4 juta ringgit per tahun, dari segi cost biaya pemeliharaan , penggantian mesin, dari efisiensi cangkang yang diproduksi,”ucapnya.

Jadi kita bisa hemat cangkang dan bisa menjaga nilai ekonomis dan bisa dijual lagi , kalau dulu mungkin cangkang banyak dibakar, hanya untuk operasional dari pabrik itu, tapi sekarang kita hanya menggunakan fiber, dan kebetulan harganya sekarang murah dibeli perkilo 50 rupiah saja, dan kebetulan fiber kita lebih sempurna kalau jaman dulu ada media yang proses memasak kalau dikita langsung dimasak dengan uap, yang dihasilkan oleh broiler, jadi prosesnya lebih sempurna kalau dulu kan mungkin ada media yang menghalangi proses memasak, kalau kita langsung dimasak dengan uap sehingga cangkang itu sendiri sudah terpisah pada saat kita produksi,”ujar Teddy.

Harapannya kita ingin memperkenalkan lebih luas kalau saya lihat dari dunia persawitan bahkan perkebunan yang terbesar sudah suplai ke seluruh Indonesia dan Papua Nugini, dan sudah ekspor ke Afrika, Brazil, Berdiri sejak tahun 1972, pabrik ada di Palembang,”pungkasnya.

By MayaJPN

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *