JPNIndonesia.com JAKARTA-Kepala Staf Kepresidenan RI Moeldoko membuat ratusan mahasiswa yang hadir dalam acara kuliah umum di auditorium Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (24/3/2023) menyanyikan lagu ‘Menunggu Kamu’ bersama-sama.
Lagu ‘Menunggu Kamu’ dipopulerkan vokalis pria Anji, dan menjadi soundtrack film ‘Jelita Sejuba‘. Film ini bercerita tentang kesetiaan seorang istri prajurit TNI, dan bukan kebetulan Moeldoko adalah seorang mantan panglima TNI.
Hadirin tak mengira Moeldoko akan mengakhiri acara kuliah umum dengan menyanyikan sebuah lagu.
“Saya akan menyanyi,” katanya, sembari mendekati Irfan, pemain kibor di sisi timur panggung yang semula mengiringi hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya pada awal acara.
Tak butuh waktu lama, Moeldoko membuat hadirin bertepuk tangan dan ikut bernyanyi. “Lihat aku sayang, yang sudah berjuang. Menunggumu datang, menjemputmu pulang. Ingat selalu sayang, hatiku kau genggam. Aku takkan pergi, menunggu kamu di sini. Tetap di sini.” Para mahasiswa ikut menyanyikan bagian refrain lagu tersebut.
Usai menyanyi, Moeldoko masih memberikan pesan kepada para mahasiswa. “Mahasiswa itu berpikir keras, tapi juga sekali-sekali nyanyi,” katanya.
Sebelumnya, Moeldoko juga berpesan kepada mahasiswa agar menjalani hidup sehat. “Ada tiga yang saya pernah baca dari seorang profesor dari China. Pertama, kalau Anda ingin umur panjang, olahraga secara proporsional,” katanya.
“Kedua, makan secukupnya. Kita sudah diajari makan saat lapar, berhenti sebelum kenyang. Kalau kita makan berlebihan, kita akan kelebihan karbohidrat atau gula. Risikonya kencing manis, larinya akan ke mana-mana. Ketika makan terlalu banyak, biasanya mudah mengantuk dan terjadi penumpukan gula. Tidak sehat lagi,” kata Moeldoko.
Tips ketiga, lanjut Moeldoko, adalah bagaimana mengelola stres. “Kalau ada pekerjaan berat jangan sambat (mengeluh). Nikmati. Kalau ada kegagalan, nikmati. Kegagalan itu nikmat Tuhan. Orang tidak akan sempurna kalau tidak gagal. Jadi gagal itu bagian dari kesempurnaan hidup,” katanya.
Moeldoko mengaku pernah berkonsultasi dengan seorang habaib penasihat spiritualnya. “Saya kadang takut, karena semua yang saya inginkan, Tuhan selalu berikan. Apa saya ini dilulu (dimanja) oleh Tuhan?”
“Saya lupa, antara saat berpangkat kapten atau letnan satu, suatu saat saya merenung di kamar, mengambil kertas putih dan saya garis kehidupan saya. Semua yang saya gariskan tidak meleset. Jadi saya sudah memikirkan garis hidup saya di atas kertas putih. Sayang kertas putih itu hilang. Coba tersimpan baik, itu akan jadi arsip kehidupan,” kata Moeldoko.
“Pertanyaan saya: apakah kalian berani mengambil tinta dan kertas putih untuk menggaris kehidupan Anda? Itu pertanyaan yang Anda jawab sendiri. Tidak gampang. Mungkin bisa kita buat garis itu. Tapi banyak dari kita yang tidak berkomitmen terhadap apa yang kita buat sendiri,” kata Moeldoko