JPNIndonesia.COM JAKARTA- Icon dan dalih bangsa Indonesia sebagai bangsa besar selalu diucapkan oleh para politikus, pejabat negara bahkan sampai rakyat sekalipun, bahkan bangsa Indonesia dikatakan sebagai bangsa pemaaf yang menjunjung tinggi adat ketimuran, demi kepentingan bangsa dan negara, itulah kata-kata penghibur yang selalu terucap untuk meredam gejolak bila didalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini jika terjadi suatu permasalahan.
Peristiwa demi peristiwa sering terjadi didalam kehidupan bangsa ini dan biasanya peristiwa tertentu yang awalnya dari suatu permasalahan kecil namun dibiarkan sehingga suatu ketika “meledak” namun dalam kurun waktu tertentu hilang begitu saja, dilupakan bahkan dianggap biasa, itulah fenomena yang terjadi didalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini.
Beberapa hari yang lalu dan masih ramai diperdebatkan serta menyisakan berbagai spekulasi bahkan pertanyaan dari berbagai kalangan mayarakat khususnya generasi muda pecinta olah raga khususnya sepak bola, yaitu gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah yang baik bagi perhelatan sepak bola tingkat dunia “world cup” U-20.
Berawal dari kecerobohan pernyataan-pernyataan dari beberapa partai politik, lembaga-lembaga berbasiskan keagamaan, ormas-ormas yang berkedok keagamaan, bahkan sampai pada oknum-oknum perseorangan yang sedikit pengetahuan namun “sok pintar” dan “sok berkuasa” setingkat gubernur bali dan gubernur jawa tengah yang diduga menjadi “petugas partai” untuk menyuarakan “penolakan” kehadiran Timnas U-20 Israel berlaga dalam pertandingan sepak bola di Indonesia, dengan alasan politik, alasan konstitusi, alasan perjuangan palestina dan alasan-alasan lain yang diada-adakan sebagai dalil pembenar.
Hal tersebut bagaikan “petir” disiang terik matahari tanpa angin tanpa mendung, sehingga menimbulkan badai yang menghancurkan harapan dan cita-cita anak bangsa, generasi muda, dan rakyat pecinta sepak bola.
Perilaku tersebut merupakan perilaku ceroboh bila tidak mau dikatakan kedunguan.
Pemerintah pusat/pemerintah Republik yang telah melakukan lobby, mengusahakan dan berupaya menjadikan Indonesia tuan rumah World Cup U-20 dapat berlangsung di Indonesia dengan telah melakukan berbagai pembangunan infrastruktur dengan biaya yang tidak sedikit triliunan rupiah untuk pengembangan olah raga sepak bola di Indonesia dan untuk mengibarkan semangat juang bagi persatuan dan kesatuan, serta perdamaian di dunia melalui olah raga sepak bola World Cup U-20.
Setelah FIFA (Federasi sepak bola dunia) melihat dan menimbang berbagai penolakan yang terjadi di dalam negeri Indonesia dan melihat situasi kondisi yg mungkin dapat mengancam keamanan dan keselamatan peserta World Cup, maka FIFA memutuskan utk membatalkan pelaksanaan World Cup U-20 di Indonesia yang tinggal beberapa hari lagi akan dilaksanakan.
Hal tersebut menimbulkan pro dan kontra didalam masyarakat, sehingga berseliweran beberapa pendapat, namun dari berbagai pendapat tersebut pada intinya penyesalan, kecewa dan sedih bahkan marah karena FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah World Cup U-20, bahkan timbul pertanyaan siapakah pemerintah pusat, pemerintah RI sesungguhnya ?,
dimana kehadiran negara untuk melindungi kepentingan seluruh rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia, apakah negara ini hanya dikendalikan segelintir orang, partai politik, politikus, oknum pejabat-pejabat arogan dengan kecerobohan dan kedunguan mereka ?
Namun pada saat bersamaan munculah penyejuk suasana, tampilah politikus, pejabat negara, yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan “penghibur”, mereka mengatakan,
“Indonesia tidak mengikuti World Cup U-20 Indonesia tidak kiamat”, “Kekalahan adalah hal yang biasa dan harus bangkit dari kekalahan”, “Jangan larut dalam kesedihan dan kekecewaan”, dan berbagai kata penghibur lainnya, bahkan sampai Presiden Jokowi turun lapangan untuk menemui Timnas U-20 Indonesia serta mengundang mereka ke Istana Kepresidenan.
Namun apakah itu dapat menyelesaikan persoalan ? mengobati “hati yang luka” dari para pemain U-20 Indonesia yang telah melakukan persiapan selama 2 tahun lebih untuk bertanding membawa dan mengharumkan nama bangsa dan negara, mereka sebagai patriot bangsa, patriot bela negara, mereka dikalahkan oleh bangsa dan negara sendiri sebelum mereka bertempur
Sungguh Ironis, belum lagi kekecewaan generasi muda, masyarakat pecinta sepak bola, masyarakat dan bangsa pada umumnya.
Indonesia akan memasuki suksesi pimpinan nasional, pemilu presiden, pemilu legislatif, pemilu senator, pemilu kepala daerah serentak pada tahun 2024 yang sudah ada didepan mata.
Jangan sampai dikarenakan kecerobohan-kecerobohan akibat kedunguan tersebut dapat merusak agenda nasional dan merusak kepercayaan publik baik secara nasional maupun internasional terhadap citra Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ke-3 didunia, dan kata2 penghibur tidak dapat dengan mudah menutupi luka menganga pada hati para Timnas U-20 Indonesia, generasi muda milenial dan masyarat pecinta olah raga khususnya sepak bola Indonesia, marena masyarakat tidak membutuhkan kata-kata penghibur, yang masyarakat butuhkan adalah tindakan nyata, tegas, tindakan hukum dari pemerintah republik/pemerintah pusat terhadap oknum-oknum yang telah menciptakan kegaduhan, kekecewaan, ketidak percayaan dan antipati, kesedihan dan kemarahan mayarakat, bahkan Golput pada pemilu 2024 yang akan datang.
Hal yang dianggap kecil dan sepele ini jangan dipelihara atau dibiarkan sampai menjadi hal besar dan “meledak”, tetapi hendaknya segera diatasi secara tegas dan terukur sesuai ketentuan hukum dan perundang-undangannyang berlaku !
Kalau ada kata “Indonesia tidak kiamat meskipun Indonesia gagal jadi tuan rumah U-20” Maka harus diimbangi Hukum harus ditegakkan sekalipun dunia runtuh”
Penulis :
Aktivis Polhukam & HAM.