Jpnindonesia.com Jakarta-Massa mahasiswa dari berbagai universitas melakukan aksi menyuarakan keresahan mahasiswa dan situasi berbangsa mendekati tahun politik ini. Kami kelompok mahasiswa merasakan keresahan bagaimana politik dan demokrasi di negara ini mulai hancur dan hilang ungkap Presiden Mahasiswa Trisakti Vladima Insan Mardika biasa disapa Dima di depan Tugu Reformasi Jakarta, Kamis (21/12/23).
Masa mahasiswa yang hadir mengenakan jaket almamater, kebetulan yang hadir disini dari Trisakti, Trilogi, Yarsi, Stiami, Esa unggul, Unas, GMNI, jelas Dima.
Dima melanjutkan Kami sangat prihatin dengan keadaan tersebut terlebih kami juga melihat banyaknya rakyat rakyat
yang sangat mudah untuk dibenturkan terhadap kepentingan elit elit politik. Sementara isu kemasyarakatan tidak pernah dibawa sama mereka dalam kesempatan kesempatan di ruang diskusi diskusi yang ada, imbuhnya.
Kami menyatakan kekecewaan bahwa hari ini mahasiswa kaum intelektual bergabung bersama masyarakat sipil untuk merajut gerakan. Kami berupaya untuk tidak hanya menjaga pemilu agar damai tetapi untuk memenangkan rakyat itu sendiri. Damai dalam artian kita tidak akan terkooptasi oleh kepentingan kepentingan politik, tegas Dima.
Ketua BEM Institut Stiami Muhammad Rivaldo Chairi mengungkapkan kegelisahan mahasiswa dan masyarakat terkait isu isu sektoral di dalam masyarakat yang tentunya saat ini belum dibahas secara rasional dari paslon paslon presiden maupun wakil presiden.
Diharapkan kedepannya yaitu narasi narasi yang dibangun adalah narasi kemasyarakatan, narasi kedaulatan maupun narasi yang bersentuhan dengan masyarakat. Sehingga demokrasi, kesejahteraan dan kemakmuran di Indonesia bisa terwujud bebernya.
Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Trilogi Muhammad Said Al Hariri menambahkan mahasiswa dan masyarakat untuk tidak buta politik.
Dalam teori demokrasi yang saya pelajari hal yang standar yang paling kita tau dalam demokrasi ialah pemilu yang luber, jurdil dan tanpa sekat sekat polarisasi sama sekali.
Dalam pemilu nanti momentum politik yang kita lakuin bakal ada polarisasi tapi polarisasi yang dilakukan oleh pemerintah sekarang adalah polarisasi yang akut, polarisasi yang takut. Kita menghendaki sistem pemerintahan yang demokratis untuk rakyat itu sendiri, jelasnya.
Presiden Mahasiswa Universitas Yarsi
Fauzi Abdillah mengatakan ketika kita bilang anak muda 2045 kita bakal mikir di pemilu 2024 nanti. Tapi sekarang anak muda pesimis, anak muda tidak tau. Kita hari ini membuat aksi yang besar di bulan bulan selanjutnya hingga pemilu ini bisa mengantarkan Indonesia Emas 2045.
Bahwasanya gerakan ini adalah murni dari hati teman mahasiswa Indonesia untuk rakyat Indonesia. Kita memantik mahasiswa Indonesia bergerak dan memperhatikan gagasan Paslon pada 2024 nanti. Isu yang kita bawa adalah isu kemasyarakatan. Bagaimana kita menggapai Indonesia Emas 2045, pungkasnya.