Jpnindonesia.com Jakarta- Tahun 2023 menjadi saksi perjalanan panjang Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia (BNN RI) dalam mewujudkan misi Indonesia Bersih Narkoba (Bersinar). Kian bertumbuh dengan dimensi baru, Komjen Pol Marthinus Hukom, S.I.K., M.Si., melanjutkan tonggak kepemimpinan perjuangan dalam melakukan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN).
Melalui empat strategi dalam penanganan narkotika: Soft Power Approach, Smart Power Approach, Hard Power Approach dan Cooperation, BNN RI berhasil menekan angka prevalensi penyalahgunaan narkotika. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran prevalensi penyalahgunaan narkoba yang dilakukan BNN RI bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba mengalami penurunan dari 1,95% menjadi 1,73% untuk setahun terakhir pakai dan pada kategori pernah pakai menurun dari 2,47% menjadi 2,20%.
Hal ini membuktikan bahwa empat strategi penanganan permasalahan narkotika memberikan dampak yang signifikan. Adapun capaian BNN RI yang diklasifikasikan melalui keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut:
SOFT POWER APPROACH
Dalam menangani permasalahan narkotika, BNN RI melakukan strategi Soft Power approach melalui upaya Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, dan Rehabilitasi. Guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya narkotika dan mendorong partisipasi aktif dalam upaya pencegahan, BNN RI melakukan program advokasi melalui rapat koordinasi, membangun jejaring, asistensi, intervensi, supervisi, monitoring dan evaluasi, serta bimbingan teknis di seluruh wilayah Indonesia. Program ini dilakukan sebanyak 3.718 kegiatan dengan melibatkan 108.921 orang. Upaya pencegahan juga dilakukan BNN RI dengan menyajikan informasi sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat melalui media elektronik maupun non elektronik yang dilaksanakan baik di tingkat pusat maupun provinsi.
Di samping melakukan pencegahan, BNN RI terus meningkatkan ketanggapsiagaan masyarakat terhadap ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dengan mencetak 20.500 penggiat P4GN sebagai perpanjangan tangan BNN RI. Sebagai upaya deteksi dini penyalahgunaan narkotika, BNN RI melaksanakan 3.095 kegiatan tes urine yang dilakukan di lingkungan masyarakat, pendidikan, pemerintah, dan swasta. Dari total 202.813 orang yang mengikuti tes urine, 1.268 orang diantaranya terindikasi positif.
Sementara itu, demi membentuk masyarakat yang mandiri dan bersih dari narkoba, BNN RI melakukan pemberdayaan masyarakat melalui bimbingan teknis life skill pada kawasan rawan narkoba. Tercatat sebanyak 1.447 orang dari 72 desa/kelurahan rawan narkoba telah mengikuti pelatihan kewirausahaan seperti handycraft, kuliner, budidaya tanaman pertanian, salon, menjahit, dan lain sebagainya.
Terus melaju, BNN RI pun mengembangkan program alternative development dimana kegiatan menanam tanaman ilegal digantikan dengan tanaman pertanian dan perkebunan bernilai ekonomi tinggi. Pada tahun 2023 ini program alternative development telah dilaksanakan di Kabupaten Bireuen dan Gayo Lues. Hasilnya, lahan seluas 96 hektare di Kabupaten Bireuen berhasil dikelola menjadi ladang jagung oleh 70 petani, sementara di Kabupaten Gayo Lues telah menghasilkan 315 Ton kopi yang diekspor dengan total nilai Rp 29.631.000.000,-.
Selanjutnya, guna mengukur kemandirian peran serta masuk dalam kategori Sangat Tanggap, dan 99 Kabupaten/Kota lainnya dalam kategori Tanggap Ancaman Narkoba. Jumlah ini melebihi target 120 Kabupaten/Kota Tanggap Ancaman Narkoba dari 173 Kabupaten/Kota.
Selain pencegahan dan pemberdayaan masyarakat, soft power approach juga dilakukan melalui program rehabilitasi. Sepanjang 2023 BNN RI bersama lembaga mitra telah memberikan layanan rehabilitasi kepada 23.825 klien. Berdasarkan hasil pengukuran persentase kualitas hidup penyalahguna narkotika yang dilakukan oleh BNN RI menggunakan WHOQOL (WHO Quality of Life) diperoleh hasil kualitas hidup sebagai berikut: 79,59% pada domain fisik, 78,20% pada domain psikis, 75,63% pada domain sosial, dan 80,10% pada domain lingkungan. Hasil pengukuran tersebut melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 62%. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa upaya rehabilitasi yang diberikan oleh BNN RI bersama mitra kerja memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kualitas hidup dan keterampilan klien, sehingga mampu meminimalisasi potensi relapse.
Berbagai terobosan juga terus dilakukan guna mengoptimalkan program rehabilitasi, salah satunya yaitu dengan pembentukan Intervensi Berbasis Masyarakat (IBM). IBM menjadi suatu strategi efektif karena melibatkan masyarakat sebagai mitra aktif dalam upaya pencegahan dan penanganan penyalahgunaan narkotika. Saat ini BNN RI telah membentuk 469 unit IBM yang tersebar di 34 provinsi dengan total petugas agen pemulihan sebanyak 2.659 orang. Para agen pemulihan tersebut bertugas dalam melakukan penjangkauan, pendampingan, serta memberikan bimbingan kepada penyalahguna narkotika.
Upaya optimalisasi pelayanan rehabilitasi yang dilakukan BNN RI tersebut membuahkan hasil. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan capaian Indeks Kapabilitas Rehabilita: pada tahun 2023 sebesar 0,10 dari 3,31 di tahun 2022 menjadi 3,41 (kategori baik) skala 1-4.